Analisis Cerita Ulang
JAKA TARUB
Pada
suatu hari hiduplah seorang pemuda pekerja keras yang hidup sebatang kara di
suatu desa bernama desa Tarub. Nama pemuda itu adalah Jaka, tetapi karena ia
berasal dari Tarub namanya menjadi Jaka Tarub. Pekerjaan ia sehari-hari adalah
berburu, ataupun berladang. Jadi, hutan bukanlah hal yang asing baginya. Ia
merasa di umurnya yang sudah cukup matang ini ia membutuhkan seorang pendamping
hidup. Semenjak ibu angkatnya meninggal dunia, hidupnya menjadi tidak terurus.
Ia juga merasa kesepian dalam menjalani kegiatannya sehari – hari.
Hari
ini adalah hari yang cerah dan Jaka Tarub tiba-tiba ingin memakan daging rusa.
Tanpa berpikir lebih lama lagi, ia segera menuju hutan untuk berburu seekor
rusa. Hutan itu cukup sepi karena sulit untuk jangkauan masyarakat sekitar. Ia
berharap dengan begitu, akan ada banyak rusa yang berkeliaran. Tetapi pada
kenyataannya, hingga sore hari tiba tidak satu ekor rusapun yang didapatkan
oleh Jaka. Ia kelelahan dan merasa sangat kecewa karena hal ini. Jaka Tarub
segera duduk di bawah pohon rimbun untuk sekedar duduk beristirahat setelah
pemburuannya yang gagal.
Di
tengah – tengah semilir angin, suara burung, dan sejuta ketenangan yang
didapatkan oleh Jaka Tarub, tiba-tiba ia mendengar suara-suara wanita. Dengan
segera ia mengikuti sumber suara tersebut. Ternyata ada sekelompok wanita
cantik di pinggir sungai dalam hutan itu. Mereka semua sedang membersihkan
tubuh mereka. Jaka Tarub melihat setumpukan kain para wanita itu. Tanpa
sepengetahuan wanita-wanita itu ia langsung mengambil salah satu kain yang
tertumpuk di atas batu pinggir sungai. Ia berusaha untuk mengumpat, tetapi
setelah beberapa lama menunggu, salah satu dari wantia – wanita itu menangis
sendiri sementara wanita yang lainnya telah terbang mendahuluinya. Tahulah Jaka
Tarub bahwa mereka semua adalah para bidadari dari kahyangan. Dengan penuh keberanian ia segera bergegas
menuju wanita yang menangis sendiri di pinggir sungai itu. Nawang Wulan
ternyata namanya. Jaka Tarub merasa iba melihatnya seperti itu, maka ia
mengajak Nawang Wulan pulang ke rumahnya. Akhirnya mereka tinggal bersama
selama beberapa bulan lalu setelah itu mereka memutuskan untuk menikah.
Mereka
hidup dengan penuh kebahagiaan. Ladang Jaka Tarub senantiasa dilimpahkan panen.
Sehingga hidup mereka menjadi sangat makmur dan berkecukupan. Terlebih lagi
mereka berdua dikaruniai seorang anak. Benar-benar menjadi keluarga kecil yang
bahagia.
Setiap
hari, Nawang Wulan selalu memasak nasi yang sangat lezat dari hasil ladang
mereka, tetapi padi di lumbung mereka tidak pernah berkurang. Maka Jaka Tarub
memilih lumbung padi yang selalu penuh itu sebagai tempat untuk menyembunyikan
selendang istrinya yang selama ini ia sembunyikan. Tetapi, hal ini cukup
membuatnya penasaran dan bingung. Mengapa lumbung padi bisa selalu penuh sementara
nasi yang mereka makan selalu tercukupi.
Suatu hari,
Nawang Wulan hendak pergi ke sungai untuk mencuci pakaian. Ia menitip pesan
kepada Jaka untuk menjaga api tungku di dapur dan jangan membuka periuk di
atasnya. Jaka Tarub menyanggupinya, tetapi karena terlalu penasaran, ia membuka
periuk tersebut setelah Nawang Wulan pergi. Ia hanya melihat sebutir beras di
dalamnya. Maka ia segera menutup kembali periuk itu. Ternyata hal ini yang
menyebabkan lumbung padi selalu penuh. Ketika Nawang Wulan pulang dan membuka
periuk untuk memasak nasinya tadi, ia kaget karena ternyata bentuknya masih
berupa beras. Nawang Wulan langsung tahu bahwa suaminya yang ia percaya telah
mengingkari janjinya. Ia tahu bahwa Jaka telah membuka periuk untuk memasak
nasi. Nawang Wulan merasa sangat kecewa kepada suaminya, sekarang ia sudah
tidak bisa lagi menggunakan kesaktiannya, ia harus memasak nasi seperti biasa. Oleh
karena hal tersebut, semakin lama beras di lumbung padi semakin berkurang.
Setelah beberapa hari, dilihatnya sehelai selendang yang tidak asing baginya.
Ternyata itulah selendang yang selama ini ia cari. Selendang yang hilang ketika
ia mandi di sungai, dan menyebabkan dirinya kenal dengan Jaka Tarub seperti
sekarang ini. Betapa kecewanya hati Nawang Wulan pada saat itu. Lelaki yang
telah ia percaya selama ini, ternyata adalah lelaki yang telah berbohong besar
kepadanya.
Setelah hal
tersebut terjadi ia merasa bahwa ini merupakan petunjuk dari penghuni kahyangan
supaya ia segera kembali ke tempat asalnya. Ia membicarakan semuanya kepada
Jaka Tarub, secara bersamaan ia juga berpamitan kepada suaminya karena ia harus
kembali ke tempat dimana ia berasal. Betapa menyesalnya Jaka saat itu. Semua
permohonannya tidak akan bepengaruh apa-apa lagi. Ia menitipkan anak mereka, ia
bilang bahwa ia akan selalu ada dalam bulan. Maka pandanglah bulan ketika Jaka
Tarub merasa merindukannya.
TANABATA
Pada zaman
dahulu kala hidup seorang pemuda bernama Kengyu. Ia tinggal di desa terpencil
di Jepang. Kengyu hanyalah seorang petani biasa, tetapi ia sangat jujur dan
seorang pekerja keras. Ia hidup sendiri di rumahnya, dan hanya berladang dan
bertani pekerjaannya sehari-hari.
Suatu hari, ia hendak
kembali ke rumahnya setelah bekerja seharian di sawah. Seperti biasa, ia
menyusuri jalan setapak yang damai dan sepi. Tetapi tiba-tiba ada sebuah jubah
indah tergulung di pinggir jalan setapak. Oleh karena keindahan jubbah
tersebut, Kungyu segera mengambilnya. Ia berpikir bahwa tidak ada yang
memilikinya lagi saat itu. Sesuai mengambil jubah tersebut dan kembali lagi
menyusuri jalan, ada suara merdu yang
memanggilnya dan meminta kembali jubah tersebut. Kungyu tercengang ketika
memembalikkan tubuhnya. Di hadapannya ada seorang wanita tercamtik yang pernah
ia lihat. Ia adalah wanita yang memiliki jubah tersebut, tetapi Kungyu enggan
mengembalikannya. Wanita itu menangis tersedu-sedu, karena ia tidak akan dapat
kembali ke kahyangan jika ia tidak mendapatkan jubah itu kembali. Ia adalah
seorang putri dari kahyangan, namanya adalah Orihime. Maka dari itu, Kungyu
mengajaknya untuk tinggal bersama dengannya. Ia terlanjur jatuh cinta kepada
Orihime. Mereka tinggal bersama hingga akhirnya mereka memutuskan untuk
menikah.
Hari demi hari
berlalu dengan sangat indah bagi mereka. Hingga sampai suatu saat ketika
Orihime sedang membersihkan rumah ia menemukan jubahnya tersangkut di kayu
panahan atap rumah mereka. Orihime merasa marah dan tidak terima. Maka ia
segera mengambil jubah tersebut dan mengambilnya untuk ia gunakan. Ketika
Kengyu pulang, Orihime sudah dalam keadaan siap meninggalkan bumi. Ia merasa
memang seharusnya ia kembali ke kahyangan. Kengyu mencoba asekuat mungkin untuk
mencegah Orihime pergi meninggalkannya. Ntetapi Orihime tetap terbang
perlahan-lahan menginggalkan seuaminya sendiri. Kengyu tak henti-hentinya
mencoba menahan Orihime agar tidak pergi. Orihime tiba-tiba menyerukan agar
kengyu membuat seribu sandal jerami yang ditanamkan di sekitar pohon bamboo di
depan rumah mereka jika ia memang ingin bertemu lagi dengan dirinya. Maka
Kengyu segera menuruti permintaan Orihime. Semalaman ia mengerjakan seribu
sandalnya tanpa berputus asa dan lelah sekalipun.
Pada akhirnya,
Kengyu berhasil menyelesaikan sandal jeraminya.Sendal jerami yang tertanam itu
membuat bambu-bambu di sekitarnya tumbuh subur dan sangat tinggi hingga dapat
mencapai kahyangan tempat Orihime berada. Tetapi sayangnya, karena kecerobohan
dan kurangnya konsentrasi Kengyu hanya menyelesaikan 999 sandal. Padahal seharusnya
ia membuat 1000 sandal sehingga ia dapat meraih kahyangan dengan mudah. Kengyu
hanya dapat memanggil-manggil nama Orihime dari tempat ia berada. Hingga
akhirnya, Orihime mendengarnya dan meraih tangan Kengyu sehingga ia dapat
naik ke Kahyangan.
Orihime segera
mengenalkan Kengyu sebagai pasangannya kepada ayahnya. Tetapi ayah Orihime
merasa kecewa dan tidak setuju jika putrinya menikahi seorang manusia dari
bumi. Ayah Orihime akhirnya memutuskan untuk membuat suatu persyaratan untuk Kengyu
dengan harapan agar Kengyu dapat berpisah dengan Orihime. Tugasnya adalah
menjaga kebun melon milik para dewa di kahyangan selama3 hari 3 malam. Tentu
saja Kengyu menyetujui tugas tersebut. Ia sangat ingin kembali bersama dengan
Orihime. Orihime yang turut mendengar perintah tersebut diam-diam memberitahu
suatu rahasia mengenai penjagaan kebun tersebut. Ia tidak boleh sedikitpun
mencicipi melon segar yang ada di kebun tersebut. Tak peduli sepanas apapun
cuaca pada saat itu, Kengyu harus dapat menahan dahaganya.
Kengyu
menyanggupi hal tersebut. Ia melaksanakan tugas itu keesokan harinya. Pekerjaan
ini terlihat lancar selama 2 hari, tetapi pada hari ketiga Kengyu mulai tidak
dapat menahan dahaganya. Ia membuka salah satu melon di kebun tersebut dan
tiba-tiba keluarlah air bah yang tak terkendali banyaknya hingga menyerupai
aliran sungai yang membuat Kengyu terbawa oleh arus. Kengyu terbawa hingga ia
kembali menuju bumi, tempat asalnya. Orihime menangis begitu mengetahuinya, ia memohon
agar ayahnya mengijinkan mereka untuk dapat bertemu lagi. Ayah Orihime merasa
iba dan ia setuju untuk memberikan kesempatan kepada mereka berdua. Mereka
dapat bertemu lagi, tetapi hanya satu kali dalam setahun, yakni setiap tanggal
7 Juni. Mereka menjelma menjadi bintang di langit seiring dengan seringnya
pertemuan mereka. Mereka menjadi bintang Vega dan Altair di gugusan bima sakti.
Gugusan bima sakti ini sebagai penjelmaan sungai yang membawa Kengyu kembali ke
bumi. Hal itulah yang menyebabkan bintang Vega dan Altair bersinar dengan
indahnya setiap tanggal 7 Juni di Jepang hingga saat ini.
PERSAMAAN
1)
Cerita atau isinya
JAKA TARUB
|
TANABATA
|
Jaka Tarub mengambil
selendang wanita
|
Kengyu mengambil
jubah cantik
|
Jaka Tarub berkenalan
dengan Nawang Wulan dan menikah dengannya
|
Kengyu berkenalan
dengan Orihime dan menikah dengannya
|
Nawang Wulan adalah
seorang bidadari
|
Orihime adalah
seorang putri kahyangan
|
Mereka hidup bahagia
|
Mereka hidup bahagia
|
Nawang Wulan
menemukan selendangnya di lumbung padi
|
Orihime menemukan
jubahnya terselip di atap rumah
|
Nawang Wulan kembali
ke langit
|
Orihime kembali ke
kahyangan
|
Jaka Tarub dan Nawang
Wulan berpisah
|
Kengyu dan Orihime
berpisah
|
2)
Unsur instrinsik
Tokoh :
-
Kedua tokoh utamanya adalah
pemuda yang belum memiliki pasangan
-
Sifat tokoh utama adalah
pembohong, berfikiran pendek, egois, gegabah tetapi penyayang dan rela berkorban.
Sifat tokoh kedua dari kedua cerita adalah baik hati, setia, pemaaf dan
penyayang.
Tema :
Percintaan
Latar :
-
Tempatnya di suatu desa
-
Waktunya siang hari
-
Suasananya membahagiakan dan
mengejutkan di awal dan menyedihkan di akhir
Alur :
Alur maju
Amanat :
Jaka Tarub adalah seseorang yang
berpikiran pendek. Melalui cerita ini kita mendapatkan suatu amanat, yaitu
janganlah berbohong kepada orang lain demi kesenangan diri sendiri. Hal ini
akan menyenangkan di awal tetapi akan jauh lebih menyakitkan pada akhirnya,
karena kebohongan sebesar apapun pasti akan terungkap oleh siapapun dan
kapanpun itu.
Kengyu adalah seseorang yang
tidak memikirkan orang lain karena tidak mau mengembalikan jubah Orihime, ia
bersikap egois demi kesenangannya. Suatu keegoisan pasti akan terbalaskan suatu
hari nanti. Hal ini bisa saja menyenangkan, tetapi ketika balasan datang
sakitnya akan jauh lebih besar dibanding kebahagian di awal.
PERBEDAAN
1)
Cerita atau isinya
JAKA TARUB
|
TANABATA
|
Jaka Tarub sedang
beristirahat di hutan ketika mendengar suara wanita
|
Tanabata sedang
berjalan menuju rumahnya ketika mendengar suara wanita
|
Wanita yang ia temui,
yaitu Nawang Wulan, tidak tahu bahwa Jaka Tarublah yang mengambil
selendangnya
|
Wanita yang ia
temuai, Orihime tahu dan meminta agar jubah yang ia ambil dikembalikan kepada
dirinya
|
Nawang Wulan memiliki
kesaktian khusus selain terbang
|
Orihime tidak
memiliki kesaktian khusus selain terbang
|
Nawang Wulan dan Jaka
Tarub memiliki seorang anak
|
Orihime dan Kengyu
tidak memiliki seorang anak
|
Nawang Wulan kecewa
karena ternyata suaminya yang mengambil selendangnya selama ini
|
Orihime kecewa karena
Kengyu tak dapat menjaga jubahnya dengan baik
|
Setelah Nawang Wulan
kembali ke langit, ia dan Jaka Tarub tak dapat bertemu lagi selama-lamanya
|
Setelah Orihime
kembali ke kahyangan, ia dan Kengyu bertemu kembali, dan terus bertemu setiap
satu tahun sekali
|
2)
Unsur instrinsik
Latar :
Keduanya memang berlokasi di
suatu desa. Tetapi tempat kejadian ceritanya berbeda. Jaka Tarub bertemu dengan
Nawang Wulan di sungai dalam suatu hutan di desa Jaka Tarub, sedangkan Kengyu
dan Orihime bertemu di jalan pedesaan.
3)
Kebudayaan dan latar belakang
Jaka Tarub dan Tanabata berasal
dari latar belakang yang berbeda. Jaka Tarub berasal dari Jawa, dimana padi
menjadi kebutuhan pokok. Ditekankan pula kewajiban-kewajiban seorang istri yang
telah menjadi adat di Indonesia terutama Jawa, yaitu menanak nasi untuk
keluarganya. Sedangkan Kengyu berasal dari Jepang yang masih kental adatnya
dengan hal-hal yang berhubungan dengan bambu, dan beberapa kebudayan
sehari-hari lainnya.
(Indonesian Language, 28/11/14)
Akademi Siswa Bangsa Internasional
Komentar
Posting Komentar