Apresiasi Film
JUDUL : BIG FISH
TAHUN : 2003
SUTRADARA : Richard D.
Zanuck, Bruce Cohen, & Dan Jinks
PEMAIN : Ewan McGregor, Albert Finney, Billy Crudup,
Jessica Lange, Helena Bonham Carter, Alison Lohman, Robert Guillaume, Marion
Cotillard, Steve Buscemi, Danny DeVito
Unik, tetapi kurang menarik
adalah dua hal yang langsung terpikirkan oleh saya setelah menonton film Big
Fish. Film ini diliris pada tahun 2003, bukan film yang baru memang. Film ini
merupakan sebuah film yang dikembangkan dari novel tahun 1998 berjudul Big
Fish. Menurut saya berbagai karya seni lama seperti film ataupun musik jauh
lebih artistik dibanding saat ini. Masih sangat terlihat bahwa keindahan
senilah tujuan mereka, bukan sekedar keuntungan semata. Film sekarang
menekankan pada keuntungan dengan cara penggunaan pemeran yang terkenal,
sedangkan film-film lama menekankan kepada kepentingan seni dengan memiliki
cerita yang tidak biasa dan berbeda antara satu dengan yang lainnya, hal itulah
yang saya lihat dan saya angkat menjadi kelebihan film Big Fish.
Film beralur maju mundur ini
menceritakan tentang seorang ayah yang sangat percaya diri, bertekad besar ,
berani dan memiliki daya imajinasi yang tinggi. Ia adalah Edward Bloom. Ia
sangat senang memberikan dongeng-dongeng sebelum tidur untuk anak lelakinya,
Will. Lebih dari puluhan cerita yang ia akui sebagai biografi hidupnya
diceritakan olehnya kepada semua orang. Hingga anaknya tumbuh dewasa dan ada
dalam keadaan muak dengan semua cerita ayahnya. Ia tidak memercayai semua cerita
omong kosong itu dan ia justru ingin mengenal ayahnya secara nyata, bukan
dengan imajinasi ayahnya. bertahun-tahun waktu berjala sulit untuk mereka berdua, ditambah lagi
dengan penyakit Edward yang kian parah. Tetapi, justru di tengah kesulitan itu,
orang-orang dan bukti-bukti dalam ‘imajinasi’ ayahnya muncul. Pada detik-detik
sebelum kematian ayahnya, ia akhirnya menceritakan cerita imajinasinya mengenai
bagaimana ayahnya meninggal. Matanya terbuka kembali, dan ia sadar akan apa
yang sebenarnya terjadi. Banyak sekali alur mundur mengenai kehidupan ayahnya
dahulu. Hal ini secara tidak langsung menjadi bagian menarik, karena kita
sebagai penonton diajak berpikir dan memilih mana yang fakta dan imajinasi
belaka.
Dimulai dari judulnya, Big Fish,
tidak terpikirkan oleh saya seperti apa filmnya dan makna apa yang tersirat
dari judul itu sendiri. Di detik-detik pertama film ini, mereka menekankan
mengenai seseorang yang berbeda dari orang-orang biasanya. Seekor ikan besar
yang sangat sulit, bahkan tidak ada yang bisa menangkapnya menjadi gambaran
atas seseorang itu. Mulai dari bagian tersebut, saya mengerti mengapa film ini
bernama Big Fish. tetapi belum ada gambaran atas apa yang ingin disampaikan
film ini. Hal-hal seperti ini yang membuat penonton menjadi penasaran atas
kelanjutan ceritanya. Membangun rasa ingin tahu di awal menjadi suatu hal yang
penting.
Lalu, film ini berlanjut ke
dalam kisah seorang ayah yang terlihat sangat baik dan setia bercerita kepada
anak lelakinya secara terus-menerus hingga anaknya duduk di bangku pelaminan.
Semua cerita yang ia sampaikan adalah cerita yang ia akui sebagai cerita
sepanjang hidupnya. Memang terlalu imajinatif ceritanya, hingga setelah sebesar
ini anaknya baru menyadari kebohongan semua cerita khayalan itu. oleh karena
perbedaan pendapat dan kekecawaan antara mereka, hubungan ayah dan anak antara
mereka menjadi tidak baik selama beberapa tahun. Tidak diperlihatkan siapa yang
benar dan mana yang benar pada bagian tersebut. Pada bagian ini pemahaman serta
penikmatan saya akan cerita tersebut menjadi lebih tinggi, walaupun sempat
terpikirkan bahwa ceritanya kurang menarik dan tidak sewajarnya seorang anak
membenci ayahnya hanya karena hal itu. Dari keanehan itulah, muncul rasa ingin
tahu yang lebih dari sebelumnya mengenai kelanjutan ceritanya.
Pada bagian selanjutnya sosok
ayah dalam film ini, yaitu Edward jatuh sakit. Mau tak mau, anaknya harus
bertemu kembali dengannya setelah beberapa tahun tidak berjumpa. Dalam bagian
ini, alur mundur mulai ditarik. Edward menceritakan perjalanan hidupnya yang
selama ini ia ceritakan kepada anaknya, Will secara urut dari awal hingga
akhir kepada istri Will alur mundur ini
berlangsung sangat lama, sehingga melebihi komposisi cerita pada masa
sebenarnya. Padahal, inti dan makna yang dapat diambil seharusnya berasal dari
cerita utamanya, karena alur mundur pada film ini hanya menceritakan kisah
Edward pada zaman dahulu yang sangat imajinatif. Penonton harus pintar
menentukan mana yang merupakan kisah nyata dan mana yang menjadi fakta kehidupannya.
Will tidak ingin ayahnya hidup
dengan imajinasinya yang terlalu berlebihan. Itu adalah inti permasalahan dan
konfliknya. Menurut saya konflik ini kurang besar dan menjadikan cerita ini
memiliki kilmaks yang kurang besar pula. Dalam cerita perjalanan kehidupan
Edward, caranya meminang istrinya, yaitu
Sandra menjadi hal yang paling menarik. Ia begitu menyukai wanita ini sejak
pandangan pertamanya. Perjuangan yang ia lakukan juga tidak main-main, selama
bertahun-tahun ia bekerja pada seseorang pengusaha sirkus tanpa digaji demi
mendapatkan informasi menganai wanita impiannya itu. Berbagai hal dilewati
hingga akhirnya mereka menikah dan hidup bahagia hingga saat ini. Edward
menjadi orang yang berpengaruh dan dikenal oleh banyak orang selama masa
mudanya, ia banyak melakukan hal-hal besar yang tidak akan dilakukan oleh
orang-orang biasa. Saat pertama kali ia keluar dari desanya, ia juga sempat
dicemooh bahwa ia hanyalah ikan besar di kolam kecil yang akan tenggelam jika
berada di samudra. Perjalanan hidupnya sungguh menarik menurut saya.
Akhir dari film ini, Edward
mengalami sakit yang semakin parah. saat itu, Will juga sedang mencari beberapa
fakta untuk mencari tahu kebenaran atas cerita-cerita ayahnya terdahulu. Setelah
beberapa fakta terkumpul, ia menemukan sebuah kota Spectre yang merupakan kota
terpencil yang dahulu menjadi bagian dari cerita ayahnnya. Di sana ia juga
menemukan Jenny, penyihir yang berubah menjadi muda kembali ketika ayahnya
datang kembali dan menyelamatkan Spectre. Ia menceritakan semuanya, dan ia tak
dapat berhenti terkagum atas kesetiaan cinta Edward kepada Sandra. Jenny
dahulunya adalah seorang penyihir tua. Ia pernah dikunjungi oleh Edward dengan
beraninya pada saat ia masih kecil. Pada saat itu, Edward melihat akhir dari
kehidupannya, yaitu cara ia meninggal di mata kanan penyihir itu. Hal in yang
saat ini diminta oleh Edward kepada Will. Di tengah detik-detik menuju ajalnya,
ia meminta Will menceritakan akhir dari kehidupannya. Will memang tidak
mengerti pada awalnya, tetapi akhirnya ia berlaku sama seperti yang ayahnya
lakukan dahulu, yaitu bercerita imajinatif. di akhir ceritanya, ia membawa
ayahnya ke sungai besar dan menjatuhkannya disana, lalu seketika ayahnya
berubah menjadi ikan besar yang selama ini juga diceritakan pada Will, bahwa
ada seekor ikan besar yang tak dapat ditangkap oleh siapapun, dan ayahnya
berhasil menangkapnya tanpa tahu kebenaran yang sebenarnya. Sekarang Edward
telah menjadi apa yang ia inginkan di akhir cerita Will, pada saat itu juga, ia
meninggal dunia.
Will semakin percaya kepada
ayahnya pada saat pemakaman berlangsung, semua tokoh dalam cerita ayahnya
muncul dan bercerita banyak kepada keluarga Will. Saat itulah ia mengakui bahwa
dirinyalah yang tidak mengenal ayahnya dengan baik, dan selalu ada niatan baik
dari setiap cerita ayahnya.
Bagian cerita beralur mundur
pada film ini sangatlah menarik walaupun terlalu mendominasi, karena saya
melihat keromantisan cinta Edward dengan Sandra, lalu juga imajinasi Edward
yang sangat tinggi akan hidupnya. Kami sebagai penonton menjadi terpacu untuk
memilah mana yang nyata dan khayalan sang tokoh, Edward. Film ini sedikit
kurang menarik karena ceritanya yang monoton tanpa ada klimaks besar. Sehingga
film ini memiliki cerita yang tidak biasa tetapi pengemasannya yang kurang
maksimal. Film ini berhasil menyadarkan bahwa selama ini pikiran bisa saja
membunuh keyakinan kita mengenai seseorang yang kita kenal, kita tidak
menyadari bahwa yang salah bukanlah bagaimana orang itu bertindak pada kita,
tetapi tentang bagaimana kita memahami mereka yang sebenarnya. Dalam
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari saya belum pernah merasakan hal
sedemikian rupa, tetapi saya akan belajar dari makna dalam film ini.
(26/05/15)
Sampoerna Academy Boarding School
Indonesian Language
Komentar
Posting Komentar